يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ﴾ [الحشر:18

Jumat, 01 Mei 2009

Pemegang BARA API (3)

Sebagian ulama ada yang mengatakan ((bila kalian telah mendapat petunjuk)) yaitu kalian telah ber-amar ma’ruf nahi munkar tetapi tidak didengar. Sebagian lagi mengatakan amar ma’ruf nahi munkar masuk dalam pengertian ihtida’ (mendapat petunjuk) dalam ayat ini. Hal ini jelas dan gamblang sekali dan tidak laik bagi setiap orang yang inshaf untuk menyimpang darinya. Maka yang benar adalah wajib ber-amar ma’ruf nahi munkar dan setelah menunaikan kewajiban itu tidak akan bermudlarat bagi orang yang amar ma’ruf nahi munkar kesesatan orang yang sesat. Banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan makna demikian, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dhalim saja di antara kamu … . (Al Anfal : 25)

Juga hadits-hadits yang menunjukkan bahwa apabila manusia tidak menunaikan kewajiban ber-amar ma’ruf nahi munkar, maka Allah akan meratakan mereka dengan adzab. (Adlwa’ul Bayan 2/169)

Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya juga menjelaskan : “Dhahir ayat ini menunjukkan bahwa amar ma’ruf nahi munkar tidak wajib ditunaikan kalau seseorang sudah istiqamah. Hal ini jika tidak ada tafsir yang warid (datang) dari sunnah nabawiyah … .” (Jami’ li Ahkamil Qur’an 6/221)

Tafsir dari sunnah nabawiyah yang dimaksud oleh Imam Al Qurthubi adalah riwayat yang shahih dari Abu Bakar As Shiddiq radhiallahu 'anhu bahwa beliau berdiri di mimbar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, kemudian memuji Allah lalu berkata : “Wahai sekalian manusia, kalian telah membaca ayat ini (Al Maidah : 105) dan kalian menempatkannya tidak pada tempatnya. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :

Sesungguhnya manusia bila melihat orang berbuat dhalim dan tidak mencegahnya maka Allah akan meratakan mereka dengan adzab. (HR. Abu Dawud 4338. At Tirmidzi 2168 dan 3057. Ibnu Majah 4005. An Nasa’i dalam Sunan Al Kubra 5/303. Ahmad 1, 16, 29, 53. Ibnu Hibban 1837 dan yang lainnya. Dishahihkan oleh Tirmidzi dan Nawawi dalam Riyadlus Shalihin 202 dan disepakati oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah As Shahihah 1564)

Dari Abu Umaiyah As Sya’bani, dia berkata, aku bertanya kepada Abu Tsa’labah Al Khusaini, wahai Abu Tsalabah, bagaimana tafsir ayat ini (Al Maidah : 105) ? Beliau menjawab : [ Ketahuilah, Demi Allah, aku telah bertanya tentang ayat ini kepada orang yang lebih mengetahui. Aku bertanya tentang ayat ini kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, maka beliau bersabda :

“Bahkan ber-amar ma’ruf nahi munkar-lah kalian sampai kalian melihat kebakhilan ditaati, hawa nafsu diikuti, dunia lebih diutamakan dan setiap orang merasa bangga dengan pemikirannya, maka ketika itu jagalah dirimu dan biarkan orang-orang awam, karena di belakang kalian nanti ada hari-hari (yang dilipatgandakan pahala) kesabaran. Orang yang sabar pada hari itu seperti orang yang menggenggam bara api, orang yang beramal di kalangan mereka pahalanya seperti pahala lima puluh orang yang beramal dengan sepertinya.” Abdullah Mubarak dan ‘Utbah bin Hakim berkata : “Wahai Rasulullah, seperti pahala lima puluh orang di antara mereka?” Rasulullah menjawab : “Seperti pahala lima puluh orang di antara kalian (shahabat).” (HR. Abu Daud 4341. At Tirmidzi 358 dan dia menghasankan hadits ini. Ibnu Majah 4014. An Nasa’i 9/137. Ibnu Hibban 1850. Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya 2/30. Al Hakim 4/322 dan dia menshahihkannya. Dan disepakati oleh Adz Dzahabi, Ath Thahawi dalam Musykilul Atsar 2/64-65, Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah, beliau berkata : “Hadits ini shahih dengan syawahid-nya.” Lihat Al Qabidluna ‘Alal Jamr halaman 12) ]

Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali dalam kitabnya Al Qabidluna ‘alal Jamr 23-30 menjelaskan : [ Sebagian Ahlul Ilmi berpendapat bahwa hadits Abu Tsa’labah Al Khusyani adalah dlaif, karena dhahir matannya bertentangan dengan hadits Abu Bakar As Shiddiq di atas.

Ketahuilah wahai hamba yang Muslim, sesungguhnya tak ada perselisihan antara hadits Abu Bakar dan hadits Abu Tsa’labah Al Khusyani radhiallahu 'anhuma dan hal ini diketahui dari beberapa segi :

1. Bahwa Abu Bakar radhiallahu 'anhu menjelaskan kepada manusia bahwa mereka berhujah dengan ayat ini untuk meninggalkan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar, sehingga mereka menempatkan ayat ini tidak pada waktunya. Sedangkan hadits Abu Tsa’labah Al Khusyani mewajibkan amar ma’ruf nahi munkar dan menjelaskan waktu ayat ini. Dari sini jelas bagi orang yang punya akal bahwa dua hadits ini ternyata sama dalam masalah kewajiban amar ma’ruf nahi munkar.

Abu Ja’far At Thahawi dalam Musykilul Atsar 2/65 mengatakan : “Hadits ini (hadits Abu Bakar) kita pahami bahwa makna ucapan Abu Bakar tentang manusia menempatkan ayat ini bukan pada tempatnya adalah mereka mengamalkan ayat ini tidak pada waktunya. Padahal waktu pengamalan ayat ini adalah pada jaman yang disifatkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dalam hadits Abu Tsa’labah. Adapun jaman sebelumnya maka Allah mewajibkan kepada hamba-hamba-Nya untuk amar ma’ruf nahi munkar hingga semua urusan dikembalikan kepada syariat Allah dan semua manusia mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya.”

2. Bahwa hadits Abu Tsa’labah menjelaskan saat amar ma’ruf nahi munkar tidak berguna karena terlalu bejat orang-orangnya. Makna seperti ini telah masyhur di kalangan para shahabat di dalam menafsirkan firman Allah dalam surat Al Maidah : 105 ini, di antaranya adalah :

a. Ibnu Mas’ud radhiallahu 'anhu dia berkata : “Tafsir ayat ini belum tiba masanya. Al Qur’an ketika diturunkan, ada di antara ayat-ayatnya yang telah lewat masa tafsirnya sebelum diturunkan, ada yang tafsirnya di jaman Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, ada yang tafsirnya setelah wafat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, ada yang tafsirnya terjadi setelah hari ini (masa Ibnu Mas’ud), ada pula yang tafsirnya terjadi ketika kiamat dan berhubungan dengan masalah kiamat, serta ada juga yang tafsirnya terjadi ketika hisab dan yang berhubungan dengan masalah Surga dan neraka. Maka selama hati kalian satu, hawa nafsu kalian satu, kalian belum terpecah menjadi bergolong-golongan dan sebagian kalian belum merasakan serangan yang lain (maka wajib atas kalian untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar, tetapi kalau sudah sebaliknya) maka masing-masing menjaga dirinya dan ketika itulah tafsir ayat ini (Al Maidah : 105).” (Jami’ul Bayan 5/96 dan sanad hadits ini dlaif)

b. Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma berkata : “Ayat ini bukan untukku (shahabat) dan bukan pula untuk shahabatku (tabi’in), karena Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : ‘Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir.’ Kami (para shahabat) adalah orang-orang yang hadir, sedangkan kalian (tabi’in) adalah orang-orang yang tidak hadir. Tetapi ayat ini untuk suatu kaum yang datang setelah kita yang kalau mereka berbicara (berdakwah), tidak didengar tidak pula diterima.” (Jami’ul Bayan 5/96 dan sanad hadits ini juga dlaif)

Sekalipun atsar-atsar yang datang dari shahabat dalam menafsirkan ayat ini para perawinya tidak lepas dari perbincangan para ulama, namun secara majmu’ (keseluruhan) dapat dijadikan dalil bahwa masa ayat ini adalah akhir jaman, yaitu ketika umat sudah berpecah menjadi bergolong-golongan.

3. Para ulama sejak dahulu sampai sekarang telah menjelaskan kecocokan hadits Abu Bakar dengan hadits Abu Tsa’labah Al Khusyani di antaranya adalah :

Abu Ja’far At Thahawi dalam Musykilul Atsar 2/66 berkata : “Apa yang telah kita sebutkan merupakan tekanan untuk menunaikan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar hingga tiba waktu gugurnya kewajiban dan itu terjadi pada jaman yang disifatkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dalam hadits Abu Tsa’labah, jaman di mana amar ma’ruf nahi munkar tidak berguna dan orang yang menunaikannya tidak punya kekuatan, maka ketika itulah masing-masing orang menjaga dirinya dan orang yang sesat tidak akan memudlaratkannya.” ]

Disebutkan dalam hadits Abu Tsa’labah bahwa di akhir jaman nanti akan ada hari-hari yang pada saat itu pahala sabar dilipatgandakan dan orang-orang yang beramal pada waktu itu pahalanya seperti pahala 50 orang shahabat yang beramal sepertinya. Barangkali ada orang yang bertanya-tanya : “Kenapa pahala orang yang belakangan lebih berlipat ganda dari orang yang dahulu?”

Para shahabat memang mempunyai amal yang banyak yang tidak bisa ditandingi oleh seorangpun, tetapi ada pula amal-amal yang pahalanya dapat menyaingi pahala amal para shahabat kalau dikerjakan oleh orang-orang yang mengikhlaskan niat mereka dalam beramal dan membebaskan amal mereka dari noda-noda bid’ah dan riya’.

Amar ma’ruf nahi munkar adalah permasalahan yang besar, karenanya agama ini memulai ajaran-ajarannya dan karenanya pula agama ini akan berakhir. Dulu di masa permulaan Islam, sedikit sekali orang-orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar, karena masih dominannya orang-orang kafir sehingga sangat sulit untuk menunaikan kewajiban tersebut. Demikian pula pada akhir jaman, kaum Muslimin akan kembali kepada kesulitan dalam amar ma’ruf nahi munkar karena kebenaran kabar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bahwa jaman akan rusak, fitnah-fitnah akan bermunculan, kebathilan-kebathilan mulai dominan, banyak al haq dirubah-rubah atau dikaburkan oleh orang banyak dan orang-orang Islam sudah meniru tata cara hidup ahli kitab. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :

Sungguh kalian akan mengikuti tata cara hidup orang-orang sebelum kalian (ahli kitab), sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sampai-sampai kalaupun mereka masuk lobang biawak yang runtuh kalian pun pasti akan ikut masuk. (Hadits shahih, lihat Al Qabidluna ‘Alal Jamr, 34)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :

Islam bermula dalam keadaan asing dan akan kembali asing seperti semula. (Hadits shahih, lihat takhrij hadits ini dalam Majalah Salafy edisi V rubrik Hadits dan lihat juga kitab Thuba lil Ghuraba’ karya Syaikh Salim Al Hilali)

Kabar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam pasti benar, Islam akan kembali pada satu saat sebagaimana asal muasalnya dan ketika itu amar ma’ruf nahi munkar akan melemah sehingga orang yang menunaikan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar akan diliputi oleh berbagai rintangan dan tantangan sehingga dilipatgandakan pahalanya lebih daripada pahala orang-orang yang menunaikan amar ma’ruf nahi munkar dalam keadaan aman, sedikit rintangan dan tantangan, dan banyak yang membantu. Sampai akhirnya amar ma’ruf nahi munkar terputus sama sekali karena lemahnya keyakinan dan kurangnya agama. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam besabda :

Tidak akan bangkit hari kiamat, hingga tidak diucapkan lagi di muka bumi ini Allah, Allah. (HR. Muslim dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu)

Ketika itulah seorang akan berangan-angan ingin mati, sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :

Tidak akan bangkit hari kiamat, sampai ada seorang yang melewati kubur seraya berkata : “Alangkah baiknya jika seandainya aku yang berada di tempatnya (kuburnya).” (Muttafaqun ‘Alaihi dari Abi Hurairah radhiallahu 'anhu. Lihat Al Qabidluna ‘Alal Jamr halaman 33-35)

1 komentar:

  1. Tulisan yang sangat bagus ketika dikemas dengan kedengkian terhadap kelompok dakwah, maka tidak akan tercermin kebaikan, bahkan yang terjadi kemurkaan dari Allah swt.

    AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR... pada prakteknya adalah pepesan kosong jika kita masih bermesraan dan bungkam beribu basa dengan pemerintah Thoghut Saudi Arabia . Tapi anehnya dengan pejuang dakwah dan menginginkan Islam sebagaimana Rosul dan sahabat dulu maka bencinya bukan kepalang. Itulah message yang saya bisa tangkap dari situs ini.

    Semoga Allah membimbing kita kejalan ikhlas dan diridhoi . Bukan taashub kelompok, sehingga selain kelompoknya adalah tergolong HIZB, naudzubillah.
    Tidakkah antum malu terhadap Allah ketika Allah menggunakan kalimat ULAAIKA HIZBULLAAH...

    Wassalamualaikum
    Abu Ibrahim.

    BalasHapus