يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ﴾ [الحشر:18

Jumat, 01 Mei 2009

membongkar manhaj IKHWANUL MUSLIMIN(4)

Baca Bagian 3
Sumber : Ath-Thariiq ila Jama’atil ‘umm

Penulis : Asy-Syaikh ‘Utsman ‘Abdussalam Nuh

Penterjemah : Abu Ikrimah Bahalwan

Editor : Abu Salma al-Atsari



18. Jawaban Kami

Hal yang disebutkan di atas tidak membatalkan pandangan kami sebelum ini tentang al-Ikhwan, lagipula kami tetap tidak berubah pendirian. Itu disebabkan kami tidak pernah mengatakan bahwa Jama’ah al-Ikhwan semuanya tidak memahami tauhid. Di antara mereka bahkan terdapat para ulama yang mulia, yang berpegang teguh pada tauhid dan mereka adalah salafiyyin. Namun yang kami katakan adalah, bahwa dakwah serta aqidah salafiyah hanya terhunjam di dada mereka saja, atau sekedar tertulis di buku-buku tanpa mereka bergerak secara praktis dengannya. Mereka tidak menyebarkannya di tengah-tengah massa, mereka tidak memusuhi orang-orang yang menentangnya, dan aqidah itu tidak menjadi perekat cinta dan al-wala’ (loyalitas) di antara mereka, dan kami memiliki argumen tentang (dakwaan) kami ini :

Pertama : Seandainya al-Ikhwan menganggap penting dakwah kepada aqidah salafiyah yang shahih, lalu mengapa terjadi perselisihan antara mereka dan salafiyin, bahkan lebih jauh, mengapa harus terdapat dua dakwah dengan dua nama? Bukti terbaik tentang masalah ini adalah: Anda akan menjumpai buku-buku yang ditulis oleh para syaikh salafiyin serta khutbah-khutbah mereka menyerang golongan yang menyimpang dari aqidah ini. Sebaliknya, Anda akan menjumpai buku-buku serta ceramah-ceramah para syaikh al-Ikhwan membela orang-orang yang menyimpang itu, bahkan mereka justru menyerang salafiyin. Kami –insya Alloh- akan menjelaskan salah satu contohnya di halaman-halaman berikut. Kami tidak menjumpai suatu jama’ah yang membela faham sufisme dengan gigih kecuali jama’ah al-Ikhwan. Kami tidak akan menemukan jama’ah yang membela faham Asy’ariyah kecuali jama’ah al-Ikhwan. Bahkan kami tidak akan mendapati jama’ah yang membela faham syi’ah rafidhi kecuali jama’ah al-Ikhwan.

Berikut ini adalah contoh-contoh sederhana tentang masalah yang sedang kami perbincangkan ini :

Para dedengkot al-Hulul (pantheisme) seperti Ibnu ‘Arabi[1] yang pernah mengatakan, “Hamba adalah tuhan dan tuhan adalah hamba. Wahai alangkah bahagianya sekiranya aku tahu siapa yang terbebani hukum (mukallaf)?” dan dialah yang menetapkan bahwa Fir’aun dan Iblis adalah orang yang arif (bijaksana) yang selamat dari neraka, atau lebih mengenal Alloh daripada Musa!!! Demikian pula Asy-Sya’rani[2] yang menyatakan dalam kitabnya ath-Thobaqot ketika mengisahkan gurunya, Syaikh Muhammad al-Khudhori, “Sungguh Sayyid-ku Muhammad as-Sarsi Radhiyallahu ‘anhu pernah suatu ketika datang ke Masjid pada hari Jum’at. Lalu orang ramai memintanya memberi khutbah. Beliau kemudian naik mimbar, memuji dan menyanjung Alloh lalu berkata, “Amma Ba’du... Maka sesungguhnya aku bersaksi bahwa tiada tuhan bagi kalian kecuali Iblis ‘alaihi ash-Sholatu was Salam.”

Maka siapakah gerangan yang berani membela begundal-begundal ini sedangkan di hatinya masih ada iman seberat biji sawi?!! Namun yang sangat kami herankan, ketika seorang syaikh termasyhur dari jajaran syaikh al-Ikhwan, yakni Syaikh Abdullah Nashih ‘Ulwan[3], menulis sebuah buku berharga yang di dalamnya beliau membongkar rencana-rencana musuh Islam dari kalangan Yahudi dan komunis, yang berjudul Tarbiyatu Awlaad fil Islaam, kemudian beliau menfokuskan sebuah bab dalam juz kedua buku itu, hal 845-846, di bawah judul asy-Syaikh al-Murabbi.

Di dalamnya, beliau membahas tentang pentingnya menyerahkan seorang anak kepada guru (syaikh) pembimbing spiritual. Beliau memilihkan bagi kaum muslimin dalam membina anak-anak mereka agar mereka membaca buku-buku para begundal zindiq tersebut di atas. Beliau menyebutkan di antaranya adalah Ibnu ‘Arabi, ‘Abdul Wahhab asy-Sya’rani dan selainnya. Lalu setelah itu beliau menyebutkan tentang salafiyun, “Mereka itu menghujat para syaikh ini padahal mereka tidak mencapai derajat para syaikh tadi, bahkan mereka tenggelam dalam keragu-raguan (syubuhat).”

Inilah pula Zahid al-Kautsari[4], seorang musuh besar aqidah salafiyah pada zamannya. Di dalam kitabnya, as-Saif ash-Shaqil halaman 5, ia mengatakan (menghujat salafiyun pada zamannya), “mereka itu kaum Hasyawiyah[5] yang picik.[6]” Ia juga berkata ketika mengomentari kitab Ibnu Khuzaimah[7] yang berjudul Kitabut Tauhid bahwa kitab ini adalah kitab syirik, ia berkata pula tentang Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah[8], “Jika Ibnu Taimiyah digelari Syaikhul Islam maka semoga Islam bisa selamat.”

Namun amat disayangkan, kami mendapati pujian terhadap musuh bebuyutan aqidah salafiyah ini (al-Kautsari) di dalam sebuah kitab yang ditulis oleh seorang penanggung jawab utama al-Ikhwan di Siria, yakni Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah[9]. Di dalam kitabnya Ar-Raf’u wat Takmil halaman 68, ia berkata, “Kitab ini dipersembahkan kepada ruh para muhaqqiq (peneliti) hujjah, ahli hadits, ahli ushul, ahli kalam, pemikir yang arif, ahli sejarah, al-Imam Zahid al-Kautsari.”

Tentang pembelaan mereka terhadap faham Asy’ariyah, maka kami jumpai banyak sekali bukti mulai dari ucapan Imam al-Banna hingga Ash-Shobuni[10] pada zaman kami ini, termasuk Sa’id Hawa[11]. Adapun pembelaan mereka terhadap agama Syi’ah, kini bukan rahasia lagi, kami akan membahasnya nanti insya Alloh.

Pendeknya, mereka melarang perbantahan dengan seluruh firqah-firqah ini, bahkan saudara mereka, salafiyun, diminta untuk tidak mendebatnya. Bagi kami, hal ini adalah bukti terkuat bahwa pengakuan mereka, “dakwah kami di atas jejak salaf’ dan ucapan mereka, “wajib hukumnya memerangi berbagai kemusyrikan, penyembahan kubur dan bid’ah-bid’ah” hanyalah sekedar ucapan teoritis belaka. Mereka tidak mempraktekkan hal itu dalam lapangan nyata. Mereka tidak menyebarkan ke tengah-tengah massa padahal di sanalah lahan dakwah yang subur.

Pembaca yang mulia mungkin dapat mendengarkan –terutama bila anda tinggal di negeri-negeri Arab- ceramah seorang juru dakwah yang tersohor seperti Syaikh ‘Abdul Hamid Kisyik[12] rahimahullahu. Ceramah itu telah direkam kurang lebih 500 judul dengan nomor yang berseri. Beliau tidak pernah bercerita di dalamnya tentang perincian tauhid –walau cuma sekalipun- seperti ceramahnya para syaikh salafiyin!!! Perhatikanlah Hadits ats-Tsulatsa’, pertemuan terbesar dalam dakwah al-Ikhwan yang dirintis oleh Imam al-Banna rahimahullahu dan yang tetap berlanjut hingga sekarang. Pembaca dapat menelaah berbagai pembahasan dalam majalah-majalah al-Ikhwan seperti al-I’tisham dan Liwa’ul Islam. Jika di dalamnya terdapat sekali saja pembahasan tentang perincian tauhid, maka saya akan mencabut semua tuduhan ini!!!

Para pakar sejarah al-Ikhwan juga menulis berbagai karangan, diantaranya Mahmud ‘Abdul Halim dan ‘Abbas as-Sisi. Mereka membahas kisah perjalanan al-Ikhwan mulai dari awal hingga akhir. Terdapat sebuah buku yang ditulis oleh al-Ustadz Mahmud ‘Abdul Halim meliputi tiga juz besar, berjudul al-Ikhwan al-Muslimun Ahdats Shona’at at-Tarikh (Ikhwanul Muslimin Para Pemuda Pencipta Sejarah), jumlah halaman buku ini lebih dari 1500 halaman yang sebagian besar isinya terdiri dari rapat-rapat, muktamar dan ceramah-ceramah para pemimpin al-Ikhwan mulai dari Hasan al-Banna hingga sejarah penghancuran dakwah al-Ikhwan di tangan Jamal Abdun Nashir. Demikian pula dengan ‘Abbas as-Sisi, bukunya terdiri dari kurang lebih 500 halaman yang sebagian besar isinya adalah berbagai pertemuan dan muktamar para pemimpin al-Ikhwan. Namun demikian, saya tidak mendapatkan sebuah ceramah pun yang berbicara tentang tauhid yang dikenal ulama salaf. Berikut ini beberapa contoh dari ceramah-ceramah itu. Dan saya bersumpah dengan nama Alloh Azza wa Jalla bahwa sisa ceramah yang lain tidak akan melampaui apa yang kami nukilkan. Saya hanya memilih pidato-pidato yang diucapkan di tempat-tempat yang menjadi pusat dan sarang kemusyrikan di Mesir dan beliau ucapkan (ceramahnya) di hadapan para propagandis kesyirikan. Pendiri organisasi ini yang mulia (Hasan al-Banna) tidak pernah memaparkan walaupun cuma sekali masalah kesyirikan ini, karena berusaha menjaga perasaan dan sensitivitas publik serta berusaha mempersatukan mereka.

1 komentar:

  1. SELAMA BADUI SU'UD MENJADI RAJA ARAB SAMPAI KETURUNANNYA SEKARANG, YANG TELAH MENGHANCURKAN KETURUNAN NABI YANG DIDUKUNG OLEH AMERIKA DAN YAHUDI DAN PROPAGNDA IBNU TAIMIAH DENGAN PENJUALAN AGAMANYA DEMI KEMEGAHAN, ISLAM DAN PERSATUAN UMAT ISLAM SELURUH DUNIA HANCUR DAN MENJADI SANGAT LEMAH DAN MENJADI BAHAN TERTAWAAN BAGI NON, AKU MELIHAT SARJANA-SARJANA ISLAM BAIK STRATA 1, 2 DAN 3, YANG PANDAI MENHUJAT,MENYELAHKAN KAUM SHALIHIN DEMI IJAZAH DAN PANGKAT KEDUDUKAN DARI PADA BERAMAL, ALLAH TIDAK MENUNJUKKAN ORANG-ORANG KAFIR, ALLAH TIDAK MENUNJUKKAN ORANG-ORANG DHALIM, DAN ALLAH TIDAK MENUNJUKKAN ORANG FASIK, AKU TIDAK PERCAYA KEPADA KELEDAI YANG MENANGGUNG KITAB.

    BalasHapus