Tafsir Ayat
Imam Abu Ja’far Ath Thabari dalam tafsirnya berkata bahwa makna firman Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah : “Wahai orang-orang yang beriman perbaikilah diri-diri kalian, beramal-lah untuk menyelamatkan diri dari adzab Allah dan perhatikan amal yang dapat mendekatkan diri kalian kepada Rabb kalian, karena tidak akan memudlaratkan kalian orang-orang yang kafir dan orang-orang yang menempuh selain jalan Allah yang haq jika kalian telah mendapat petunjuk dan beriman kepada Rabb kalian serta mentaati perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya sehingga kalian mengharamkan yang haram dan menghalalkan yang halal.” (Jami’ul Bayan 5/94)
Imam Ibnu Katsir Ad Dimasyqi dalam tafsirnya menjelaskan : “Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar mereka memperbaiki diri-diri mereka berbuat kebajikan menurut kadar kemampuannya. Allah juga mengkabarkan kepada mereka bahwasanya barangsiapa yang memperbaiki dirinya maka kesesatan orang-orang yang sesat tak akan memudlaratkannya baik itu orang dekat maupun orang jauh. Dalam ayat ini tidak ada dalil yang menunjukkan kebolehan untuk meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar.” (Tafsir Ibnu Katsir 2/149)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Daqaiqatut Tafsir 3/86-89 menyatakan : “Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala (Al Maidah : 105) itu tidak menunjukkan adanya kebolehan untuk meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, tidak berupa larangan tidak pula perizinan, seperti yang dikatakan dalam hadits yang masyhur dari Abu Bakar As Shiddiq radhiallahu 'anhu bahwa beliau pernah berkhutbah di mimbar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam sebagai berikut : “Wahai sekalian manusia, kalian membaca ayat ini (Al Maidah : 105) dan kalian menempatkannya tidak pada tempatnya, sungguh aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
Sesungguhnya bila manusia melihat kemungkaran dan tidak merubahnya, maka Allah akan mengadzab mereka secara merata[1].
Demikian pula dalam hadits Abu Tsa’labah Al Khusyani secara marfu’ yang berbunyi :
Kalau kalian melihat kebakhilan ditaati, hawa nafsu diikuti, dan setiap orang merasa bangga dengan pemikirannya, maka ketika itu jagalah dirimu sendiri.
Lihat pula Majmu’ Al Fatawa 14/479-483.
Al ‘Allamah Syaikh Muhammad Amin Asy Syinqithi dalam tafsirnya berkata tentang ayat ini : “Orang jahil akan memahami dhahir ayat ini dengan pemahaman yang rancu bahwa ayat ini menunjukkan ketidakwajiban amar ma’ruf nahi munkar, padahal ayat ini sendiri mengisyaratkan bahwa tidak ada beban kewajiban untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar setelah dilakukan dengan sungguh-sungguh dan tidak diterima, yaitu pada firman-Nya :
Bila kalian telah mendapat petunjuk.
Karena orang yang meninggalkan Amar ma’ruf nahi munkar adalah orang yang tidak mendapat petunjuk.”
Jumat, 01 Mei 2009
Pemegang BARA API (2)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar