Pelajaran Berharga Dari Dakwah Syaikh Rabi’ di Sudan
6 10 2008
Diantara anugerah Allahu ta’ala yang wajib disyukuri oleh setiap muslim adalah tersebarnya dakwah yang haq, dakwah salafiyyah, diseluruh penjuru dunia dengan begitu pesat pada dekade terakhir ini.
Tatkala Dakwah salafiyyah diemban oleh para da’i yang berilmu, memiliki hikmah dan memiliki sikap santun, mereka melaksanakan manhaj Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dan mereka praktekan sesuai dengan kemampuan, maka Allah ta’ala mendatangkan manfaat dengan sebab mereka , dan tersebarlah dakwah Salafiyyah diseluruh penjuru dunia, dengan akhlak, keilmuan, dan hikmah mereka.
Hanya saja pada hari hari ini dakwah salafiyyah mengalami kendala didalam perjalanannya, yang sangat disayangkan bahwa kendala ini tidak datang dari faktor eksternal , justru datang dari dalam, yaitu dari sebagian orang-orang yang memiliki semangat tinggi didalam dakwah tetapi miskin dalam segi akhlak, keilmuan dan hikmah dalam dakwah.
Dan berikut ini sebuah pengalaman, pelajaran dan nasehat dari Asy Syaikh al Allamah Rabi’ bin Hadi al Madhkali hafidzhahullah sewaktu berdakwah di Sudan, semoga menjadi pelajaran bagi kita semua…..
Tatkala aku pergi untuk berdakwah ke Sudan, aku singgah di Bur Sudan, maka aku disambut oleh para pemuda Ansharus Sunnah dan mereka berkata :
“Wahai Syaikh, kami menginginkan anda memperhatikan suatu hal”.
Aku menjawab : “silakan”
Mereka berkata :
“Berbicaralah apa yang anda kehendaki. Katkanlah : Allah berfirman, Rasulullah bersabda. celalah sekehendak anda segala kebid’ahan dan kesesatan, baik itu do’a kepada selain Allah, sembelihan, nadzar, istighotsah, dan selainnya. Tetapi janganlah anda mengatakan kelompok Fulan atau Syaikh Fulan ! , Janganlah anda menyebutkan tarekat Tijaniyah, Bathiniyah dan gembong-gembong mereka. Tetapi jelaskanlah aqidah-aqidah yang benar, maka anda akan merasakan sendiri diterimanya Al Haq darimu”
Aku berkata kepadanya : “Baiklah”
Dan aku tempuh cara ini lantas aku dapati sambutan yang luar biasa dari manusia.
Janganlah anda menduga wahai penuntut ilmu, bahwasanya termasuk kesempurnaan manhaj yang haq bahwasanya engkau harus mencaci gembong-gembong mereka dan mencela mereka karena sesungguhnya Allahu ta’ala berfirman :
………… وَلا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
“Dan janganlah kalian memaki berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” (al-An’am : 108).
Engkau caci Tokoh mereka ! Atau engkau katakan : Dia sesat, Atau thoriqoh fulaniyyah, Maka mereka -dengan ucapan-ucapan mu ini- akan lari darimu, sehingga engkau berdosa, engkau telah mebuat manusia lari. Dan jika demikian engkau telah menjadi pembuat lari manusia.
Sedangkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tatkala mengutus Mu’adz dan Abu Musa ke Yaman beliau berpesan :
يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا وَ بَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا وَتَطَوَّعَ وَلاَ تَخْتَلِفً
“Hendaknya kalian berdua mempermudah, jangan kalian mempersulit. Hendaknya kalian berdua memberi kabar gembira, jangan kalian membuat orang lari. Dan saling pengertianlah kalian berdua dan jangan berselisih.” [Hadits riwayat Al Bukhâri dan Muslim]
Maka ini termasuk cara-cara yang didalamnya terdapat kemudahan, kabar gembira, dan tidak membuat mereka lari. Dan demi Allah, tidaklah aku memasuki masjid melainkan aku melihat wajah mereka berbinar-binar, dan hampir-hampir aku tidak mampu keluar karena banyaknya orang yang datang menyambutku, menyalamiku serta mengundangku..
Kemudian gembong-gembong Shufiyyah melihat bahayanya cara dan metode dakwah ini sehingga mereka berkumpul dan bersekongkol, mereka rancang perkataan-perkataan untuk membantahku, dan mereka mengundangku untuk berceramah dimedan yang besar.
Maka berkumpullah kami dimedan tersebut. Aku sampaikan ceramah, dan berdirilah seorang gembong mereka memberi komentar terhadap ucapanku. Mulailah dia membolehkan istighotsah kepada selain Allahu ta’ala, membolehkan tawassul, menolak sifat sifat Allahu ta’ala, mengatakan dan mengatakan………. dia dukung setiap kebatilannya dengan takwil-takwil yang rusak !
Tatkala dia telah selesai, telah membawakan hadits-hadits lemah dan palsu, dan membawakan perkatan perkataan ahli filsafat, maka aku katakan :
Wahai jama’ah, kalian telah mendengar ucapanku, aku berkata : Allah berfirman, Rasulullah bersabda, Ulama’ umat yang mu’tabar berkata, dan orang ini datang dengan hadits palsu, dan aku tidak mendengar darinya al-Qur’an sedikitpun ! Apakah kalian pernah mendengar : Allah berfirman begini tentang bolehnya istighotsah kepada selain Allah??! Tentang bolehnya tawasul??! Apakah kalian pernah mendengarkan ucapan ulama besar seperti Malik dan semisalnya tentangnya??! Kalian tidak pernah mendengarnya!, yangkalian dengar hanyalah hadits-hadits palsu dan lemah, dan perkataan-perkataan orang-orang yang kalian telah mengenalnya sebagai khurofat !
Maka berdirilah orang tersebut seraya mencaci dan memaki dan aku hanya tertawa, aku tidak mencacinya dan tidak memakinya, aku tidak menambah atas ucapannya : Semoga Allahu ta’ala memberkahimu, semoga Allahu ta’ala membalasmu dengan kebaikan.
Kamipun berpisah, dan demi Allah yang tiada sesembahan yang haq kecuali Dia, ketika masuk waktu pagi –pada hari kedua- orang-orang sedang bercerita di masjid-masjid dan pasar-pasar bahwa kelompok sufi telah terkalahkan!
Maka pelajarilah wahai saudara-saudara sekalian metode syar’i ini. Karena tujuan yang hendak diraih adalah hidayah kepada manusia, dan tujuannya adalah menyampaikan al haq kedalam hati manusia.
Wahai daudaraku, hendaknya didalam rangka berdakwah dijalan Allahu ta’ala engkau gunakan setiap sarana syar’i yang engkau mampu, tidaklah boleh bagi kita menggunakan kaidah “ Menghalalkan segala cara” karena ini adalah sifat-sifat ahli bid’ah, yang mereka dengan sebab kaidah ini terjatuh kedalam kedustaan, pemutarbalikan ucapan dan fakta serta caci maki sebagaimana dikatakan oleh al Imam Ali bin Harb al Maushili : “Setiap ahli hawa selalu berdusta dab tidak peduli dengan kedustaannya”
Ini semua tidak ada pada kita, Kita adalah ahli kejujuran dan ahli haq, hanya saja kita paparkan cara cara syar’i yang bisa diterima oleh manusia dan bisa membekas dalam jiwa jiwa mereka…..
Maka gunakanlah ilmu yang bermanfaat, argumen yang kuat dan hikmah dalam dakwah kalian. Hendaknya kalian berakhlak dengan setiap akhlak yang indah dan agung, yang dianjurkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam , karena semua ini adalah faktor-faktor yang membawa kemenangan dan keberhasilan.
Dan yakinlah bahwa para sahabat radhyallahu ‘anhum tidaklah menyebarkan islam dan memasukkan islam kedalam hati, melainkan dengan hikmah dan keilmuan mereka, yang ini lebih banyak dari yang dilakukan oleh pedang-pedang, Hanya saja, orang yang masuk kedalam islam dibawah pedang kadang-kadang tidak bisa teguh, dan orang yang masuk islam dengan jalan ilmu, argumen dan bukti-bukti dengan idzin Allah dan TaufiqNya ta’ala…………….
( disadur dari Majalah Al Furqon, Tahun 6 edisi 8 Rabi’ul Awwal 1428 H )
Minggu, 01 Februari 2009
CONTOHLAH.. Dakwah Syaikh Rabi’ di Sudan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar