RESENSI MEREKA ADALAH TERORIS
Mei
01
1 Mei 2007, admin @ 02:00
Ideologi dan aliran sesat Khawarij telah diperangi dan ditumpas oleh para shahabat Rasulullah di Nahrawan pada masa pemerintahan Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib. Namun aqidah dan pemikiran khawarij tidak akan pernah terputus dan terhenti dengan meninggalnya tokoh-tokoh mereka, sebagaimana telah diberitakan oleh Rasulullah . Pemikiran dan aqidah sesat ini terus menjalar menjadi bahaya laten bagi umat Islam, yang sewaktu-waktu siap muncul dan memakan korban! Pekerjaan dan ciri khas mereka sama, yaitu mengkafirkan pemerintah kaum muslimin dan orang-orang yang pro dengan pemerintah, memberontak terhadap pemerintah kaum muslimin, menghalalkan darah dan harta kaum muslimin, serta membolehkan membunuh anak-anak kaum muslimin.
Pemberontakan dan pembunuhan yang mereka lakukan tidaklah muncul begitu saja, tetapi didahului dengan provokasi-provokasi pada rakyat, dan doktrin-doktrin kepada para anggotanya, untuk membenci pemerintah. Yang semua itu mereka coveri dengan slogan amar ma’ruf nahi munkar, atau slogan : “Penegakan hukum dan syari’at Allah”. Namun, sebagaimana ditegaskan oleh Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib , slogan-slogan tersebut adalah “Kalimat yang haq, namun dimaukan dibalik itu kebatilan.” Inilah ideologi dan aksi-aksi mereka sepanjang sejarah yang telah memakan berjuta-juta jiwa kaum muslimin, bahkan tidak tanggung-tanggung, di antara korbannya : tiga shahabat Rasulullah terbaik —sekaligus tiga al khulafa-ur rasyidun– : ‘Umar bin Al Khaththab, ‘Utsman bin ‘Affan, dan ‘Ali bin Abi Thalib.
Benar… tindakan-tindakan mereka selalu membikin kacau, onar, dan kerusakan yang luar biasa di muka bumi. Inilah yang disebut dengan terorisme. Karena itu khawarij itu teroris, teroris itu khawarij, sama persis tidak ada beda. Yang pasti pula bahwa mereka jahil terhadap ilmu, fiqh, dan syari’at Islam, karena mereka selalu berseberangan dan nyempal dari para ‘ulama ahlus sunnah, bahkan di barisan mereka sama sekali tidak ada ‘ulama. Mereka hanya memiliki semangat ibadah dan beramal yang tinggi, namun ditegakkan di atas emosi dan kebodohan. Sehingga segenap ideologi, sikap, dan aksi-aksi mereka sama sekali tidak didukung oleh ‘ulama ahlus sunnah.
Di zaman ini, umat Islam bahkan dunia secara umum, dikejutkan dengan maraknya aksi-aksi terorisme. Peledakan terjadi di mana-mana. Di antara yang cukup spektakuler adalah aksi attack terhadap WTC dan Pentagon AS. Kemudian setelah itu muncullah sosok Usamah bin Laden yang disebut-sebut sebagai pihak yang bertanggung jawab atas aksi tersebut. Nama Usamah bin Laden dengan ‘resolusi jihad’ melawan AS yang dikumandangkannya, menjadi tenar di dunia internasional. Siapakah Usamah? Bagaimana alur pemikirannya, siapa orang-orang di sekitarnya, benarkah dia itu seorang mujahid Islam? Semua itu akan terjawab dalam buku “Mereka adalah Teroris” ini.
Di nusantara pun, bom dan peledakan tak kalah marak. Di antaranya yang menjadi heboh dan menggegerkan adalah ledakan bom 12 Oktober 2002 di Legian Bali. Tak kurang 203 orang meninggal dunia dan ratusan mengalami cidera dan cacat. Ledakan bom berkekuatan tinggi juga terjadi pada 5 Agustus 2003 di Hotel JW Marriott. Di susul kemudian pada tanggal 9 September 2004 meledak pula bom di depan Kedutaan Besar Australia. Tertumpahlah darah orang-orang yang tidak dibenarkan secara syar’i untuk dibunuh. Bahkan muslimin pun ikut menjadi korban!
Bermula dari sikap yang membabi buta dan tanpa ilmu yang memunculkan ekstrimitas di dalam menyikapi kemungkaran. Yang paling menonjol adalah : dengan mudahnya mereka menjatuhkan vonis kafir terhadap pemerintah muslimin. Orang-orang yang tidak mau mengkafirkan pemerintah yang telah mereka vonis kafir tersebut juga ikut mereka kafirkan. Karena kafir maka segala aksi penentangan, teror, dan pemberontakan terhadap pemerintah tersebut menjadi sah dan halal, bahkan wajib. Yang itu semua mereka labeli dengan jihad fisabilillah.
Sikap ekstrim mereka yang lainnya, adalah kebencian dan permusuhan terhadap orang-orang kafir yang tidak didasari ilmu. Mereka menyatakan bahwa saat ini adalah perang global antara Islam vs kafir. Benarkah semua jenis orang kafir sah dan wajib untuk diperangi di setiap waktu dan tempat? Benarkah segala aksi pengeboman di tempat-tempat umum, hiburan, tempat-tempat ibadah, kepentingan-kepentingan asing, ….dll adalah jihad fi sabilillah? Apakah benar, aksi-aksi tersebut sebagai solusi atas problematika kelemahan, kemunduran, dan kekalahan umat Islam selama ini? Itu semua akan terjawab di buku ini.
Inilah buah aqidah dan ideologi sesat khawarij, yang pada masa ini dihidupkan kembali oleh tokoh-tokoh semacam Hasan Al Banna, Sayyid Quthb, Al Maududi, DR. ‘Abdullah ‘Azzam,…dll, yang kemudian dilanjutkan oleh DR. Safar Al Hawali, Salman Al ‘Audah, Usamah bin Laden, Aiman Azh Zhawahiri, …dll, yang karya-karya mereka banyak diterjemahkan dan disebarkan di negeri ini. Aqidah dan ideologi sesat ini ternyata tumbuh dan berkembang subur di kalangan para aktivis Islam, yang aktivitas dan pengamalan agamanya hanya dilandasi semangat dan emosi semata, tanpa ilmu yang benar yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah sebagaimana yang difahami dan diamalkan oleh para shahabat Rasulullah . Di Indonesia, telah ada upaya yang sangat gencar untuk menyebarkan serta melegal ideologi kaum teroris-khawarij ini. Dan ternyata berhasil mempengaruhi banyak kalangan, terkhusus kaum muda. Bahkan tak jarang pula, beberapa oknum di instansi pemerintah juga terkena virusnya.
Setelah pemerintah Indonesia menjatuhkan vonis mati terhadap para pelaku bom Bali, tiba-tiba umat Islam dikejutkan oleh sebuah buku “laporan pertanggungjawaban publik” dan “pembelaan diri” yang ditulis oleh salah satu pelakunya, Imam Samudra, dengan judul: “Aku Melawan Teroris”. Dalam bukunya ini, Imam Samudra dengan berbagai macam kedustaan, kepalsuan, dan syubhat-syubhat yang ia bawakan berusaha membalik opini, dari asumsi dan tuduhan teroris terhadap dirinya, menjadi pahlawan dan pejuang yang telah mengorbankan dirinya dalam rangka melawan vampire dan teroris internasional yang bernama Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Dari seorang yang kejam dan tidak punya perasaan, yang telah membunuh sekian nyawa manusia tak berdosa, menjadi pahlawan pembela duka nestapa kaum mustadh’afin. Dari pembunuh keji, menjadi pembela bayi-bayi tanpa kepala di Afghanistan dan Palestina. Dari aksi teror yang keji dan kejam, menjadi aksi heroik dalam rangka membela Islam dan umat Islam.
Di dalam bukunya, Imam Samudra, mengesankan kepada pembaca bahwa aksi bom Bali yang ia lakukan itu merupakan aksi yang dibenarkan dalam syari’at. Ia tampilkan ayat-ayat Al Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah , ditambah lagi penukilan-penukilan dari para ‘ulama ahlus sunnah dan kitab-kitab mereka. Namun buku “Aku Melawan Teroris” ini pada hakekatnya merupakan kedustaan atas nama Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan para ‘ulama ahlus sunnah di satu sisi. Di sisi lain adalah caci maki terhadap para ‘ulama ahlus sunnah. Di antara bentuk-bentuk kedustaan tersebut adalah –yang itu ia lakukann untuk menjustifikasi aksi terornya– :
1. Mengaku dirinya sebagai Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yang berpegang pada Al Qur’an, As Sunnah, sesuai dengan pengaplikasian para shahabat terhadap keduanya.
2. Pada prekteknya, Samudra ternyata menambahkan pokok yang ke-4 bikinanya, yaitu harusnya kembali dan meruju’ kepada ‘ulama mujahid dan ahluts tsughur. Memang benar, statemen ini pernah diucapkan oleh beberapa ‘ulama salaf, namun apakah pengaplikasiannya seperti yang dimaukan oleh Imam Samudra cs? Yaitu yang dimaukan dengan ‘ulama mujahid dan ahluts tsughur menurutnya adalah tokoh-tokoh teroris semacam : DR. ‘Abdullah ‘Azzam, DR. Safar Al Hawali, Salman Al ‘Audah, Usamah bin Laden, Aiman Azh Zhawahiri, Mullah Omar. dll. Adapun para ‘ulama ahlul hadits dari kalangan ahlus sunnah wal jama’ah, yang mereka itu lebih layak dan pantas disebut sebagai ‘ulama mujahid, tidak dimasukkan oleh Imam dalam deretan ‘ulama mujahid bikinannya. Para ‘ulama ahlul hadits pada masa ini antara lain: Asy Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Asy Syaikh Muhammad Al ‘Utsaimin, Asy Syaikh Muqbil bin Hadi, Asy Syaikh Rabi’ Al Madkhali, Asy Syaikh Shalih Al Fauzan, Asy Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi, Asy Syaih ‘Ubaid Al Jabiri, dan sederet nama-nama besar lainnya —rahimahumullahu jami’an—-. Merekalah para ‘ulama ahlus sunnah wal jama’ah yang pantas untuk dijadikan rujukan umat.
3. Imam Samudra mencatut dan menyejajarkan nama-nama para ‘ulama ahlus sunnah kontemporer, dengan tokoh-tokoh teroris masa kini yang menjadi idola dia. Dengan cara ini, Imam mengesankan kepada publik sesungguhnya di belakangnya ada sekian tokoh ‘ulama besar yang ‘mengesahkan’ dan merekomendasi tindakan dia melalui fatwa-fatwa mereka. Apakah benar demikian adanya? Buku “Mereka adalah Teroris” akan menjawabnya.
4. Di samping caci maki dan pelecehan, Samudra juga menuding ‘ulama ahlus sunnah yang tidak sependapat dengan manhaj dan cara jihad yang dia lakukan, sebagai penganut aliran murjiah, antek-antek AS, ‘ulama qa’idun (duduk saja, alias tidak ikut berjihad), …dll.
Para teroris-khawarij itu telah menyerukan resolusi jihad, padahal sebenarnnya tindakan-tindakan mereka itu merupakan aksi teror, yang jauh dari nama harum jihad itu sendiri. Terorisme bukan jihad, jihad bukanlah terorisme. Karena jihad itu merupakan ibadah yang mulia, yang memiliki ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya, serta dirinci oleh para ‘ulama ahlus sunnah. Jihad tidak berjalan di atas emosi dan semangat juang semata, namun sangat membutuhkan kepada ilmu dan kepala dingin. Syarat-syarat dan ketentuan serta penjelasan para ‘ulama tersebut akan tertera di dalam buku ini dengan lebih gamblang. Di antaranya secara singkat:
1. Ditegaskan oleh ahluts tsughur dan ‘ulama mujahid terkemuka, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, bahwa : “Kesimpulannya, pembahasan tentang perincian hukum jihad merupakan tugas khusus kalangan para ‘alim ‘ulama!”
2. Dua syarat penting yang harus dipenuhi dalam jihad, yaitu :
* Kekuatan dan kemampuan umat Islam, baik kemampuan fisik dan kemampuan Iman.
* Harus dilaksanakan bersama pemerintah muslimin., dan sepenuhnya diatur oleh pemerintah.
Dua syarat ini tidak ada pada umat Islam saat ini.
3. Dalam kondisi umat Islam yang lemah dalam dua sisi di atas, solusi apa yang ditempuh? Maka ‘ulama ahluts tsughur Ibnu Taimiyyah menasehatkan agar kaum muslimin, dalam kondisi lemah menerapkan dan mengaplikasikan ayatush shabr (ayat-ayat yang memerintahkan untuk bersabar dan menahan diri).
4. Tidak semua jenis orang kafir harus dan boleh diperangi. Orang kafir yang dalam perjanjian dan perlindungan pemerintah muslimin tidak boleh sama sekali untuk diganggu apalagi diperangi dan dibunuh. Bahkan membunuh seorang kafir di saat kondisi umat Islam lemah adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah .
5. Intihar (bunuh diri) selamanya tidak bisa disamakan dengan istisyhad (mencari syahid). Sehingga peledakan dan bom bunuh diri itu adalah teror, bukan jihad.
Dan masih banyak lagi statemen-statemen Samudra yang menggiring opini publik untuk menjustifikasi aksi-aksinya, yang sebenarnya justru itu menunjukkan kedustaan dan kebodohan Imam Samudra dalam masalah agama. Semua itu akan dibantah tuntas di dalam buku ini.
Buku ini sekaligus memuat nasehat-nasehat dan peringatan kepada umat atas bahaya kebatilan aliran terorisme dan para pengusungnya, yang ternyata pada masa ini mereka sedang mempropagandakannnya kepada umat dengan sangat gencar. Baik melalui ceramah, orasi, selebaran, buku, kaset, jaringan internernet, dan sebagainya.
Karena itu perlu adanya upaya nasehat dan peringatan yang serius kepada umat atas bahaya tersebut, dalam rangka membentengi aqidah umat ini, terkhusus para generasi muda, dari penyimpangan dan kesesatan. Kita semua wajib bekerja sama dengan waliyyul amr dalam memerangi terorisme sebagaimana telah dihimbau oleh pemerintah Indonesia dan lainnya, mudah-mudahan Allah selalu memberi hidayah mereka dan melindungi mereka dari rongrongan jahat pihak-pihak yang ingin menghancurkan negeri ini.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin…
Kamis, 30 Oktober 2008
RESENSI MEREKA ADALAH TERORIS
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar